Saat menyambut tahun baru Caka yakni sehari sebelum Hari Raya Nyepi di Bali, dilaksanakan upacara Tawur Kesanga. Kemudian pada sore hari dilanjutkan dengan Pengerupukan yang dimeriahkan dengan pengusungan ogoh-ogoh oleh warga keliling Banjar maupun Desa setempat.
Di tahun 2006 (tahun caka 1928) saya dengan anggota pemuda di Banjar Umadesa, Desa Peguyangan Kaja, Kota Denpasar membuat ogoh-ogoh Kala Peceng. Perwujudan Bhutakala ini diambil karena sifatnya yang rakus dan pemarah, walaupun dengan kecacatan yang dimilikinya. Sifat negatif inilah yang akan dikembalikan keasalnya di malam Pengerupukan.
Proses pengerjaan ogoh-ogoh ini menghabiskan waktu kurang lebih 3 minggu. Pertama-tama dimulai dengan perancangan kerangka dengan kayu, kemudian pembentukan badan menggunakan anyaman bambu (bambu untuk bahan gedeg). Setelah anyaman bambu dirasa cukup rapat kemudian dilanjutkan dengan menempel dengan kertas bekas (koran, pembungkus semen, dll). Untuk bahan topeng dan telapak tangan dan kaki menggunakan gabus (Styrofoam). Bahan gabus dipilih karena sifatnya yang gampak dibentuk dan ringan, sehingga mudah dibentuk. Setelah semua terpasang maka dilanjutkan dengan pengecatan dan mewarnai detail-detail bentuknya. Kemudian dilanjutkan pemasangan rambut, kain dan asesoris-asesorisnya.
Pembiayaan ogoh-ogoh diperoleh dari sumbangan warga setempat serta dari beberapa pemilik usaha di wilayah kami. Rasa kebersamaan dan kreativitas para pemuda menjadi modal dan semangat kerja dalam menciptakan ogoh-ogoh ini.