Wednesday, May 30, 2012

Ogoh-ogoh Pandung vs Rangda

Pada sore hari di tahun caka 1933 (tahun 2011) kami dari Banjar Umadesa mengusung ogoh-ogoh dengan tema Pandung vs Rangda. Ogoh-ogoh Pandung vs Rangda ini telah dipersiapkan selama 1 bulan. Saya dengan anggota pemuda di Banjar Umadesa, Desa Peguyangan Kaja, Kota Denpasar mengambil tema Pandung vs Rangda ini untuk mengambil karakter jahat dari tokoh ilmu hitam yakni Matah Gede yang berubah menjadi Rangda melawan Patih Keras (Pandung) yang membela kebenaran. Patih ini mempunyai kesaktian yang bisa merubah diri menjadi Barong Ket.


Proses pengerjaan ogoh-ogoh ini, pertama-tama dimulai dengan perancangan kerangka dengan kayu, kemudian pembentukan badan menggunakan anyaman bambu (bambu untuk bahan gedeg). Setelah anyaman bambu dirasa cukup rapat kemudian dilanjutkan dengan menempel dengan kertas bekas (koran, pembungkus semen, dll). Untuk bahan topeng menggunakan kayu, hal ini dilakukan untuk mendapatkan karakter dan taksu dari ogoh-ogoh. Dan telapak tangan dan kaki menggunakan gabus (Styrofoam). Bahan gabus dipilih karena sifatnya yang gampak dibentuk dan ringan, sehingga mudah dibentuk. Setelah semua terpasang maka dilanjutkan dengan pengecatan dan mewarnai detail-detail bentuknya. Kemudian dilanjutkan pemasangan rambut, kain dan asesoris-asesorisnya.
Pembiayaan ogoh-ogoh diperoleh dari sumbangan warga setempat serta dari beberapa pemilik usaha di wilayah kami. Rasa kebersamaan dan kreativitas para pemuda menjadi modal dan  semangat kerja dalam menciptakan ogoh-ogoh ini.

Ogoh-ogoh Calonarang

Pada sore hari di tahun caka 1932 (tahun 2010) kami dari Banjar Umadesa mengusung ogoh-ogoh dengan tema Calonarang. Ogoh-ogoh Calonarang ini telah dipersiapkan selama 1 bulan. Saya dengan anggota pemuda di Banjar Umadesa, Desa Peguyangan Kaja, Kota Denpasar mengambil tema Calonarang ini untuk mengambil karakter jahat dari tokoh ilmu hitam yakni Matah Gede yang berubah menjadi Rangda dan muridnya Condong yang berubah juga menjadi Celuluk, mereka berdua dengan murid-muridnya menebar rasa takut dan penyakit yang menyengsarakan masyarakat di wilayah musuhnya. Sifat negatif inilah yang akan dikembalikan keasalnya di malam Pengerupukan dengan cara dibakar.

Proses pengerjaan ogoh-ogoh ini, pertama-tama dimulai dengan perancangan kerangka dengan kayu, kemudian pembentukan badan menggunakan anyaman bambu (bambu untuk bahan gedeg). Setelah anyaman bambu dirasa cukup rapat kemudian dilanjutkan dengan menempel dengan kertas bekas (koran, pembungkus semen, dll). Untuk bahan topeng menggunakan kayu, hal ini dilakukan untuk mendapatkan karakter dan taksu dari ogoh-ogoh. Dan telapak tangan dan kaki menggunakan gabus (Styrofoam). Bahan gabus dipilih karena sifatnya yang gampak dibentuk dan ringan, sehingga mudah dibentuk. Setelah semua terpasang maka dilanjutkan dengan pengecatan dan mewarnai detail-detail bentuknya. Kemudian dilanjutkan pemasangan rambut, kain dan asesoris-asesorisnya.

Pembiayaan ogoh-ogoh diperoleh dari sumbangan warga setempat serta dari beberapa pemilik usaha di wilayah kami. Rasa kebersamaan dan kreativitas para pemuda menjadi modal dan  semangat kerja dalam menciptakan ogoh-ogoh ini.

Ogoh-ogoh Siat Kumbakarna


Pada sore hari di tahun caka 1930 (tahun 2008) diadakan Pengerupukan yang dimeriahkan dengan pengusungan ogoh-ogoh oleh warga keliling Banjar maupun Desa. Kami dari Banjar Umadesa ikut memeriahkan dengan mengusung ogoh-ogoh dengan tema Siat Kumbakarna. Ogoh-ogoh Siat Kumbakarna ini di buat selama 1 bulan. Saya dengan anggota pemuda di Banjar Umadesa, Desa Peguyangan Kaja, Kota Denpasar membuat ogoh-ogoh Siat Kumbakarna ini untuk mengambil karakter Kumbakarna yang merupakan adik dari Raja Alengka yaitu Rahwana yang pemalas dan rakus. Sifat negatif inilah yang akan dikembalikan keasalnya di malam Pengerupukan dengan cara dibakar.

Proses pengerjaan ogoh-ogoh ini, pertama-tama dimulai dengan perancangan kerangka dengan kayu, kemudian pembentukan badan menggunakan anyaman bambu (bambu untuk bahan gedeg). Setelah anyaman bambu dirasa cukup rapat kemudian dilanjutkan dengan menempel dengan kertas bekas (koran, pembungkus semen, dll). Untuk bahan topeng dan telapak tangan dan kaki menggunakan gabus (Styrofoam). Bahan gabus dipilih karena sifatnya yang gampak dibentuk dan ringan, sehingga mudah dibentuk. Setelah semua terpasang maka dilanjutkan dengan pengecatan dan mewarnai detail-detail bentuknya. Kemudian dilanjutkan pemasangan rambut, kain dan asesoris-asesorisnya.

Pembiayaan ogoh-ogoh diperoleh dari sumbangan warga setempat serta dari beberapa pemilik usaha di wilayah kami. Rasa kebersamaan dan kreativitas para pemuda menjadi modal dan  semangat kerja dalam menciptakan ogoh-ogoh ini.

Ogoh-ogoh Rahwana Kroda

Pada Tawur Kesanga tahun caka 1929 (tahun 2007) saya dengan anggota pemuda di Banjar Umadesa, Desa Peguyangan Kaja, Kota Denpasar membuat ogoh-ogoh Rahwana Kroda. Tokoh ini merupakan perwujudan keserakahan dan sombong. Sifat negatif inilah yang akan dikembalikan keasalnya di malam Pengerupukan.

Proses pengerjaan ogoh-ogoh ini menghabiskan waktu kurang lebih 4 minggu. Pertama-tama dimulai dengan perancangan kerangka dengan kayu, kemudian pembentukan badan menggunakan anyaman bambu (bambu untuk bahan gedeg). Setelah anyaman bambu dirasa cukup rapat kemudian dilanjutkan dengan menempel dengan kertas bekas (koran, pembungkus semen, dll). Untuk bahan topeng dan telapak tangan dan kaki menggunakan gabus (Styrofoam). Bahan gabus dipilih karena sifatnya yang gampak dibentuk dan ringan, sehingga mudah dibentuk. Setelah semua terpasang maka dilanjutkan dengan pengecatan dan mewarnai detail-detail bentuknya. Kemudian dilanjutkan pemasangan rambut, kain dan asesoris-asesorisnya.

Pembiayaan ogoh-ogoh diperoleh dari sumbangan warga setempat serta dari beberapa pemilik usaha di wilayah kami. Rasa kebersamaan dan kreativitas para pemuda menjadi modal dan  semangat kerja dalam menciptakan ogoh-ogoh ini.